situs purbakala desa glagah

20.21 0 Comments

The legend princess gadhung melati

Pada jaman dahulu berdirilah sebuah kadipaten besar arah barat daya dari pusat yogyakarta sekarang yang wilayahnya meliputi karang kemuning/adi karta antara gunung jeruk dan gunung lanang ( kabupaten kulon progo sekarang sampai bagelen ).
Kadipaten itu bernama kadipaten ZIOS dengan Adipati yang terkenal bernama “Adipati Cangak Mengeng”. Adipati cangak mengeng seorang yang sakti mandra guna dan memiliki dua orang putri bernama “Nyi Sekar Kenanga dan Nyi Gadhung Mlati”
Nyi sekar kenanga merupakan putri tertua yang kesukaanya bersemedhi dan mewarisi kesaktian ayahnya, terkenal dengan kekebalanya terhadap senjata jarum jarum kecil keemasan disebut wesi kuning, sedangkan Putri Gadhung Mlati seorang yang sangat tersohor kecantikanya dan kepintaranya menari dan menyanyi jawa ( nembang jawa ). Putri gadhung mlati juga dipercaya sebagai penjelmaan Nyi Roro Kidul ( ratu laut selatan ) yang kesukaanya memakai warna hijau pupusdaun dalam hal berpakaian.
Putri gadhung mlati merupakan putri kebanggaan seluruh kadipaten sios, kecantikannya tersohor kemana mana, sehingga R. Sanjaya mengirim utusan meminang Gadhung Mlati. Raden Sanjaya adalah raja dari kerajaan pusat budha. Adipati cangak mengeng menyanggupi untuk memberikan putrinya menjadi “putri persembahan” ke kerajaan pusat budha. Waktu itu merupakan kebanggan tersendiri dan merupakan kehormatan seluruh keluarga dan rakyat kadipaten apabila seorang putri dari kadipaten dipilih menjadi putri persembahan raja.
Adipati cangak mengeng terkenal sakti, bisa berjalan diatas air maupun bernafas didalam air. Sering berjam jam semedi didalam rawa. Selain itu juga memiliki kesukaan nyabung jago ( adu jago ) dengan para adipati tetangga. Salah satunya beliau berteman akrab dengan adipati lowanu yang bernama “gagak handoko” yang wilayahnya meliputi daerah puworejo sekarang.
Ada kalanya adipati lowanu dan adipati cangak mengeng saling mengunjungi kedaerah masing masing dan memiliki kesukaan yang sama yaitu sabung jago
Adipati lowanu memiliki putra yang bernama “ki mangun sakono” yang sering mengikuti ayahnya datang ke kadipaten sios untuk adu jago. Karena beberapa kali sering bertemu, tak disangka ki mangun sakono jatuh cinta dengan putri gadhung mlati begitu juga dengan putri gadhung mlati.
Keluarga adipati lowanu sama sekali tidak tahu bahwa putri gadhung mlati merupakan putri persembahan yang harus diberikan ke kerajaan pusat.
Sehingga pada suatu hari keluarga adipati lowanu datang melamar, dengan berat hati adipati cangak mengeng menceritakan perihal putrinya yang sudah dilamar oleh raden sanjaya dari kerajaan pusat budha. Adipati lowanu terkejut tapi dia tidak pantang menyerah, dia tetap pada pendirianya meminangkan putranya. Adipati cangak mengeng tidak kuasa menolak pinangan dari sahabatnya. Tetapi bagaimanapun dia sudah membuat komitmen dengan R. Sanjaya dari kerajaan pusat budha.
Adipati cangak mengen memikirkan cara menolak pinangan tersebut meski secara halus. Lalu adipati mengatakan dia menerima pinangan tersebut asalkan adipati lowanu dapat mengabulkan 2 bebono/syarat yang diajukan yaitu daun asem sebesar satu bantal ( pepesan katul diwungkus godhong limaran gedhene sak bantal ) dan sepasang burung dara hijau bercincin emas ( manuk gemak wulune ijo sejodho seng nganggo ali ali emas ). Selang beberapa waktu adipati lowanu yang sakti mandraguna dapat mengabulkan syarat tersebut, adipati cangak mengeng menerima dua bebono tersebut dengan hati sangat tertekan. Lalu beliau mengatakan bahwa masih ada 2 syarat lagi yaitu klangenan sepasang macan putih ( simo seng wulune putih sejodho ) dan sepasan ular belang hijau berkepala jangkrik ( ulo welang ijo endase jangkrik ). Dengan mudah adipati lowanu membawa 2 syarat tersebut. Hati adipati cangak mengeng menjadi sangat gundah gulan. Beliau tidak mungkin memilih salah satu pihak karena pasti mengecewakan pihak lainya yang semuanya akan menimbulkan pertikaian perang. Masalah kerhormatan seorang putri adalah harga diri yang harus dibela mati matian oleh seluruh rakyatnya. Tidak mungkin baginya memberikan purti gadhung mlati karena sudah mengadakan kesepakatan dengan kerajaan pusat untuk persembahan bagi raja R. Sanjaya. Adipati cangak mengeng tidak mungkin mengingkari janjinya kepada R. Sanjaya untuk segera memberikan putrinya ke kerajaan pusat. Dan jika beliau menolak pinangan adipati lowanu pasti akan tersinggung dan juga akan marah serta akan mengirim pasukan untuk menyerbu kadipaten sios, namun jika beliau menolak r. Sanjaya pasti pihak kerajaan pusat budha akan marah dan menyebutnya sebagai adipati yang suka ingkar janji. Adipati cangak mengeng menghadapi dua dilema yang susah dipecahkan. Ternyata benar, setelah semua bebono sudah dipenuhi adipati lowanu menagih janji untuk memberikan putrinya sebagai mantu. Para utusan adipati lowanu bahkan mengancam kalau adipati cangak mengeng terus mengulur waktu dalam memberikan putrinya maka pasukan lowanu akan menyerbu sios. Benar adanya bulan purnama tanggal 15 bulan jawa adipati lowanu sudah membawa seluruh pasukannya yang besar menuju kadipaten sios. Adipati cangak mengeng merasa sedih, duka, menyesal, dan gundah gulana karena beliau adalah seorang yang cinta damai, tidak suka berperang apalagi bermusuhan dengan sahabatnya. Beliau tidak mau jika rakyatnya jadi korban peperangan. Sebagai penganut agama budha lama yang halus beliau memikirkan bagaimana cara menghindari peperangan. Tepat tengah malam sebelum pasukan lowanu datang, diam diam beliau mengumpulkan seluruh anggota keluarga kadipaten. Lalu adipati cangak mengeng bersemedi memohon pada yang maha kuasa. Semua keluarga kadipaten ikut berdoa dan berkumpul bersama sama. Kemudian adipati cangak mengeng mengumpulkan seluruh kesaktianya dan tangan kananya mengusap tembok depan kadipaten, tiba tiba seluruh bangunan kadipaten sios ambles hilang kedalam tanah diiringi dengan asap yang tebal. Kemudian adipati cangak mengeng dan keluarganya meninggalkan kadipaten yang sudah muspra. Sebelum pergi beliau berpesan agar seluruh rakyat kadipaten hidup dengan rukun meski berbeda beda pangagem ( agama ) maupun beda pekerjaan ( bedo le makaryo ).

Rombongan pasukan dari lowanu yang berniat menyerbu kadipaten sios tidak mendapati apa apa karena bangunan kadipaten sudah hilang ( muspra ) yang ada hanya asap tebal menyelimuti bekas kadipaten sehingga mereka kembali pulang ke kadipaten lowanu. Adipati cangak mengeng dan keluarganya perlahan lahan menuju barat daya ke arah matahari tenggelam. Dipinggir pantai beliau berpesan kepada para nelayan bahwa jika kelak terlihat awan yang bergulung gulung, berarak dan nampak kluwung ( pelangi ) dari arah barat daya, itu pertanda akan segera musim hujan rakyat segera bersiap siap menanam padi. Dengan kata lain meskipun tidak lagi berada di kadipaten sios adipati cangak mengeng tetap njampangi/ngawasi dari jauh kehidupan rakyat di kadipaten sios dengan mengirim hujan sehingga petani bisa bercocok tanam agar masyarakat di dusun sios tidak kekurangan pangan.

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: