wahana tri tunggal ( WTT )

05.41 0 Comments

”Bertahan dan Melawan”
Program rencana pemerintah Indonesia untuk pembangunan megaproyek bandara internasional di kecamatan Temon, kabupaten Kulon Progo, telah memicu penolakan warga yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT). Sebab dampak dari proyek pembangunan bandara adalah penggusuraan tanah petani, ketika tanah petani digusurdengan tujuan pembangunan, maka aktivitas produksi petani untuk memenuhi kebutuhan hdupnya tergusur.
Pemerintah Indonesia seharusnya patut mengetahui bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari kelas tani yang turutmemproklamasi kemerdekaan 1945. Namun, pada era kepemimpinan Orde Baru hingga kini tidak pernah menghargai jasa tani. Tertulis dalam sejarah perjuangan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penindasan imperialisme Belanda dan Fasisme Jepang, lebih lagi pada era pemerintahan SBY-Boediono yang mengesahkan Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pada tahun 2011 untuk menopang persaingan pasar bebas.
Adapun dalam proposal MP3EI tersebut terdapat program baru Yogyakarta  di kulon progo yang nantinya merampas tanah rakyat seluas 637 hektar. Perampasan tanah rakyat demi pembangunan memperlihatkan  kepada seluruh warga Negara Indonesia, bahwasannya Negara tidak lagi mengapdi kepada rakyat dan Negara. Akan tetapi telah mengelabuhi rakyatnya sendiri dengan slogan “pembangunan bandara untuk kemajuan rakyat”. Slogan yang disampaikan Negara merupakan penipuan terhadap seluruh rakyat Indonesia. Semenjak munculnya rencana pembangunan bandara telah memunculkan penolakan yang keras dari rakyat Temon yang tergabung dalam WTT. Rakyat kini telah memahami bahwa pembangunan badara nantinya akan mengancam keberlangsungan hidup mereka. Namun, lagi dan lagi Negara yang memiliki kekuasaan, seakan-akan menutup telinga ketika mendengar suara penolakan rakyat terhadap proyek pembangunan bandara di Temon. Penolakan ribuan rakyat terhadap proyek pembangunan bandara di Temon, penolakan yang lahir sebagai bentuk mempertahankan tanah leluhur yang dimana sebagai sumber keberlangsungan hidup mereka. Pertanyaan yang cukup singkat yakni untuk siapakah pembangunan bandara? Untuk rakyatlah atau investor asing, pastinya warga WTT akan lebih tahu dan cerdas menjawab hal itu dari pada pemerintah. (Azis Moti)



Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: