wahana tri tunggal ( WTT )
”Bertahan dan Melawan”
Program rencana pemerintah
Indonesia untuk pembangunan megaproyek bandara internasional di kecamatan
Temon, kabupaten Kulon Progo, telah memicu penolakan warga yang tergabung dalam
Wahana Tri Tunggal (WTT). Sebab dampak dari proyek pembangunan bandara adalah
penggusuraan tanah petani, ketika tanah petani digusurdengan tujuan
pembangunan, maka aktivitas produksi petani untuk memenuhi kebutuhan hdupnya
tergusur.
Pemerintah Indonesia seharusnya
patut mengetahui bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari kelas
tani yang turutmemproklamasi kemerdekaan 1945. Namun, pada era kepemimpinan
Orde Baru hingga kini tidak pernah menghargai jasa tani. Tertulis dalam sejarah
perjuangan membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penindasan imperialisme
Belanda dan Fasisme Jepang, lebih lagi pada era pemerintahan SBY-Boediono yang
mengesahkan Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). Pada tahun 2011 untuk menopang persaingan pasar bebas.
Adapun dalam proposal MP3EI
tersebut terdapat program baru Yogyakarta
di kulon progo yang nantinya merampas tanah rakyat seluas 637 hektar.
Perampasan tanah rakyat demi pembangunan memperlihatkan kepada seluruh warga Negara Indonesia,
bahwasannya Negara tidak lagi mengapdi kepada rakyat dan Negara. Akan tetapi
telah mengelabuhi rakyatnya sendiri dengan slogan “pembangunan bandara untuk kemajuan rakyat”. Slogan yang disampaikan
Negara merupakan penipuan terhadap seluruh rakyat Indonesia. Semenjak munculnya
rencana pembangunan bandara telah memunculkan penolakan yang keras dari rakyat
Temon yang tergabung dalam WTT. Rakyat kini telah memahami bahwa pembangunan
badara nantinya akan mengancam keberlangsungan hidup mereka. Namun, lagi dan
lagi Negara yang memiliki kekuasaan, seakan-akan menutup telinga ketika
mendengar suara penolakan rakyat terhadap proyek pembangunan bandara di Temon.
Penolakan ribuan rakyat terhadap proyek pembangunan bandara di Temon, penolakan
yang lahir sebagai bentuk mempertahankan tanah leluhur yang dimana sebagai
sumber keberlangsungan hidup mereka. Pertanyaan yang cukup singkat yakni untuk
siapakah pembangunan bandara? Untuk rakyatlah atau investor asing, pastinya
warga WTT akan lebih tahu dan cerdas menjawab hal itu dari pada pemerintah.
(Azis Moti)
0 komentar: